Sabtu, 06 Januari 2018

Kondusif dan Produktif

Beberapa hari belakangan ini, mood mudah sekali naik turun. Entah karena mungkin kondisi lingkungan yang mungkin membuatku tak nyaman. Ya tak nyaman bagiku yang membutuhkan suasana untuk berpikir tingkat tinggi dalam kondisi tenang.


Awalnya sudah mengumpulkan niat untuk menuntaskan segala tanggung jawab yang ada. Olahraga, mandi dan makan sudah selesai tepat waktu. Itu artinya sudah waktunya untuk menatap layar laptop. Berharap bisa duduk di kursi kesayangan dengan menikmati prosesnya senyaman mungkin. Namun ketika memasuki sebuah ruangan, ternyata kudapati mereka yang sedang asyik menikmati masa-masa santainya (mungkin). Niat awal perlahan memudar. 


Suasana gaduh, obrolan yang tak terarah juntrungannya apalagi ditambah suara tawa yang begitu menggelegar, jelas sangat amat mengganggu mood dan jalan pikiranku. Ide seperti berhenti pada jalan buntu. Tak kunjung menemukan titik terang jalan keluar. Mood yang semula tertata rapi berubah agak 

Mungkin bagi sebagian orang bisa mengatasi dengan menyumpel telinganya. Tapi bagiku itu tak sepenuhnya efektif. Mengganggu kualitas produktif. Butuh kekondusifan secara menyeluruh. Satu orang diam tetapi ketika empat, lima orang gaduh tentu yang banyak itu akan mendominasi pembentukan suasana hati.

Daripada aku ikut memperkeruh suasana, lebih baik aku diam. Aku memilih menarik nafas dalam-dalam. Diam dan memikirkan. Sepertinya ini bukan lagi problem komunikasi melainkan persoalan empati.

Aku menyadari lingkungan yang kondusif sesuai gaya belajarnya masing-masing akan membuat kinerja belajar semakin produktif. Dan untuk menciptakan suasana nyaman pun butuh empati dari semua pihak. Aku juga tidak bisa menyalahkan lingkungan sepenuhnya.

Sebaiknya jangan hanya bisa marah ketika kepentinganmu terusik. Tapi coba pikirkan apakah kamu selama ini tidak pernah mengusik kepentingan orang di sekitarmu. Mungkin rasanya akan sama.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar