Beberapa hari belakangan ini, mood
mudah sekali naik turun. Entah karena mungkin kondisi lingkungan yang mungkin
membuatku tak nyaman. Ya tak nyaman bagiku yang membutuhkan suasana untuk
berpikir tingkat tinggi dalam kondisi tenang.
Awalnya sudah mengumpulkan niat untuk
menuntaskan segala tanggung jawab yang ada. Olahraga, mandi dan makan sudah
selesai tepat waktu. Itu artinya sudah waktunya untuk menatap layar laptop. Berharap
bisa duduk di kursi kesayangan dengan menikmati prosesnya senyaman mungkin. Namun
ketika memasuki sebuah ruangan, ternyata kudapati mereka yang sedang asyik menikmati
masa-masa santainya (mungkin). Niat awal perlahan memudar.
Suasana gaduh, obrolan yang tak
terarah juntrungannya apalagi ditambah suara tawa yang begitu menggelegar, jelas
sangat amat mengganggu mood dan jalan pikiranku. Ide seperti berhenti pada
jalan buntu. Tak kunjung menemukan titik terang jalan keluar. Mood yang semula
tertata rapi berubah agak
Mungkin bagi sebagian orang bisa mengatasi
dengan menyumpel telinganya. Tapi bagiku itu tak sepenuhnya efektif. Mengganggu
kualitas produktif. Butuh kekondusifan secara menyeluruh. Satu orang diam
tetapi ketika empat, lima orang gaduh tentu yang banyak itu akan mendominasi
pembentukan suasana hati.
Daripada aku ikut memperkeruh suasana,
lebih baik aku diam. Aku memilih menarik nafas dalam-dalam. Diam dan memikirkan.
Sepertinya ini bukan lagi problem komunikasi melainkan persoalan empati.
Aku menyadari lingkungan yang
kondusif sesuai gaya belajarnya masing-masing akan membuat kinerja belajar
semakin produktif. Dan untuk menciptakan suasana nyaman pun butuh empati dari
semua pihak. Aku juga tidak bisa menyalahkan lingkungan sepenuhnya.
Sebaiknya jangan hanya bisa marah
ketika kepentinganmu terusik. Tapi coba pikirkan apakah kamu selama ini tidak
pernah mengusik kepentingan orang di sekitarmu. Mungkin rasanya akan sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar