Selasa, 22 November 2016

Harga Sebuah Kredibilitas



Jika diamati ternyata banyak tokoh populer disekitar kita yang masih diragukan kredibilitasnya. Sebut saja Aa gym—Ustadz yang selalu mengesankan tidak menyukai dan menyetujui praktik poligami—dalam waktu sekejap harus kehilangan jamaahnya akibat kasus poligami. Ia harus menelan ludahnya sendiri dan menanggung malu sebagai pelaku yang mempersunting 2 istri. Para pengagum Aa gym akhirnya tidak lagi memercayai pesan dakwah yang disyiarkan. Senada dengan kasus Rhoma Irama yang menilai bahwa poligami itu situasional, bukan termasuk cacat moral agama atau politik. Argumentasinya sama sekali tidak mencerminkan seorang ustadz bertitel haji. Pengikutnya pun merasa keberatan menerima kehadiran tokoh kondang itu disekitar mereka. Belum lagi soal Anang yang bermodal nekad masuk dunia politik tapi tidak mampu menjawab apa itu hak-hak DPR. Lantas, bagaimana rakyat bisa percaya dengan kinerjanya.

Fenomena kecil diatas menyadarkan bahwa ternyata orang yang memiliki popularitas belum tentu memiliki kredibilitas. Padahal idealnya kedua variabel tersebut harus linier. Sekalipun mereka sempat naik daun, tapi jika apa yang disampaikan jauh bertentangan dengan perilakunya maka jelas siapapun juga akan sulit untuk memercayainya. Belajar dari perjalanan hidup mereka yang reputasinya hancur ditengah jalan, tentu membuat kita perlu menjunjung tinggi harga sebuah kredibilitas.

Kredibilitas merupakan kombinasi antara kualitas, kapabilitas atau kekuatan yang dibentuk untuk menimbulkan kepercayaan terhadap diri kita. Dikatakan percaya ketika  seseorang atau kelompok tertentu mau menyerahkan dan memberikan keyakinan mereka pada seseorang yang ditujunya. Semakin rendah kredibilitas yang dimiliki, maka rendah pula kepercayaan orang lain terhadap diri kita. Sebaliknya, semakin tinggi kredibilitas, maka meningkat pula kepercayaan orang lain terhadap diri kita. 

Memasuki interaksi dalam dunia bisnis maupun sosial, kepercayaan menjadi suatu hal yang sangat mahal nilainya. Ketika seseorang telah dipercaya di lingkungan kerja, maka banyak hal akan berjalan dengan baik dan mudah. Kebijakan pemimpin akan ditaati oleh bawahannya dan bahkan dijunjung tinggi karena merasa percaya itu benar. Namun sebaliknya jika rasa percaya itu hilang, pasti dengan sendirinya secara perlahan kesulitan akan datang. Yang diwujudkan oleh para bawahan adalah bentuk kekecewaan dan pengkhianatan. Seorang konselor misalnya, ketika sang klien tidak percaya akan keamanan rahasia masalahnya, maka ia harus bersiap ditinggalkan satu per satu oleh klien tersebut. Demikian pula berlaku dalam konteks pengusaha dan persahabatan. Kepercayaan bisa jadi sebagai modal utama. Apapun bisnisnya, siapapun sahabat kita pasti membutuhkan yang namanya kepercayaan. Karena sekali saja kita menghancurkan kepercayaan itu maka tidak mudah untuk meraihnya lagi.

Kita bisa lihat betapa luhurnya arti sebuah kepercayaan, betapa berharganya makna kredibilitas. Untuk bisa mendapatkan itu semua hanya bisa dibayar dengan waktu dan konsistensi. Karena menjadi orang kredibel itu bukan sebuah anugerah yang datang dengan tiba-tiba. Ia tidak diturunkan dari orang tua dan tidak semudah membalikkan telapak tangan kita. Ada beberapa orang yang bisa membangun tetapi kurang pandai dalam mempertahankan. Maka proses menciptakan kredibilitas tidak berhenti pada membangun. Diperlukan perjuangan agar sukses meraih itu secara utuh.

Pembentukan kredibilitas itu butuh direncanakan sematang mungkin. Semuanya berpulang pada diri kita, bergantung pada bagaimana kita bersikap terhadap orang lain. Ada 3 variabel yang bisa dibangun untuk menciptakan kredibilitas diri ini.

1.      Memperluas Pengetahuan

Dengan membuka cakrawala pengetahuan akan membuat kita menjadi orang yang berilmu. Bekal ilmu itulah yang menjadi kunci orang lain memercayai diri kita. Informasi tanpa ilmu hanya akan menjadi commonsense—kurang berbobot dan rendah kredibilitasnya.  Bayangkan, jika seorang komunikator berdakwah tapi pesan yang disampaikan itu mengajak orang dalam kesesatan karena ilmu yang kita digunakan itu salah. Bisa dipastikan tidak ada jamaah yang mengikutinya. Untuk memperluas pengetahuan bisa dengan memperbanyak bahan bacaan dan banyak silaturahmi (tidak membatasi relasi) dari situ akhirnya kita bisa banyak bertukar pikiran—yang bisa jadi tidak tercantum dalam buku bacaan. Terakhir, banyak mengamati realitas karena  sesungguhnya realitas sosial sekitar kita menyumbang banyak pengetahuan. Ketika kita banyak mengetahui, ini menjadi langkah awal menarik kepercayaan orang lain.

                                                                               

2.      Mencetak keahlian

Ketika mendengar nama Ustadz Wijayanto apa yang kita persepsikan? Jelas Ustadz Wijayanto terkenal sebagai penceramah yang humor cerdas. Isi ceramahnya identik dengan muatan komedi yang kritis, sesuai dengan realitas yang ada. Artinya dia sudah ahli menjadi pendakwah yang handal. Keahlian sesuai bidang kita lah yang harus kita bentuk. Apapun minat, bakat dan jurusan yang dipilih, kita harus manfaatkan 4 tahun kuliah untuk membangun kepercayaan pada publik bahwa kita layak dan mampu dibidang itu.  



3.      Memperkaya Pengalaman

Jangan sekali-kali kita memandang sebelah mata atau remeh sebuah pengalaman. Memang pengalaman tidak 100% mencerminkan keahlian kita. Tapi setidaknya dengan banyak pengalaman, jam terbang kita semakin tinggi dan ilmu kita pun akan terus direpetisi. Percuma ilmu banyak tapi ketika tidak diaplikasi. Ingat ungkapan, setajam-tajamnya pisau jika tidak diasah akan tumpul juga. Sehingga, jika kita mau dipercaya kita wajib mencari banyak lahan aktualisasi agar ilmu kita benar-benar teruji. Pengalaman mencoba menjadi hal paling berharga yang tidak bisa dimiliki oleh semua orang, itulah yang menuntun kita menjadi lebih dewasa dan dipercaya.



Kredibilitas menjadi harga mati yang harus dibangun sejak dini. Tanpanya, karir kita tak berguna dan bermakna.  Jangan pernah berpikir untuk menunda merencanakan kredibilitas diri kita karena itu sama dengan sedang merencakan kegagalan karir di masa depan. Semoga dengan menyadari pentingnya membangun kredibilitas dari sekarang, kita bisa menyosong karir yang lebih gemilang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar