Awal mula ku memandang dunia menjadi rata tak
sempurna
Saat memasuki kelas 5 SD, saat usia ku
mulai beranjak masuk 11 tahun. Aku mulai merasakan gejala yang berbeda di
pandangan ku. Dunia tak sejernih sebelumnya. Aku sering tak bisa mengenali
orang dengan jelas dari jarak kejauhan. Aku mengira ini hanya perasaan ku
semata, bukan menjadi problematika. Aku pun belum cukup berani untuk
mengungkapkannya sejujurnya kepada ibunda.
Suatu ketika di hari minggu, aku
dan ibu jalan berdua pulang dari arah taman burung. Taman yang menjadi pusat
keramaian saat weekend tiba. Tempat yang menyediakan berbagai kesenangan dunia.
Saat sampai di jalan kompleks dengan rumah ku,
Tiba tiba ibu berkata “De, ternyata
rame yah di warung banyak orang yang lagi pada ngobrol”.
Aku hanya mengangguk mengiyakan “oh iyah mah
rame yah, emang ada siapa aja mah (?). Muncul pertanyaan yang mengherankan bagi
ibu ku.
“Itu loh ada mama Santi sama Aa Ai”. Jawab
ibu meyakinkan.
“Yang mana sih, Mah, emang itu mama santi
yah? Tanya ku lagi memastikan karena belum melihat jelas sempurna.
Saat itu, aku masih menjadi anak bungsu
dan satu satunya anak yang tinggal dirumah bersama ayah dan ibu, Karena
kakak ku sejak kecil sudah tinggal di Kudus menemani nenek ku. Aku pun belum
punya adik. Wajar, ibu memanggil ku ‘dede’ sebagai panggilan kesayangan dari
nya.
Seketika itu lah ibu ku heran dan
mempertanyakan apa yang terjadi dengan penglihatan ku, kamu beneran gak
keliatan de?? “lihat sih mah kalo disana ada orang tapi mukanya gak jelas jadi
dede gak bisa mengenali betul siapa orang yang ada di warung sana, Cuma liat
badannya gemuk kaya badannya Bapak Aldo. Aku memunculkan jawaban itu hanya
berpijak dari pengalaman ku dalam mengingat orang dari fisiknya. Padahal
jarak nya tidak terlalu jauh antara warung dan perumahan. .
Kejadian yang sama pun terjadi di sekolah
tepatnya di ruang laboratorium computer SD ku. Kala itu sudah mulai ada
kurikulum komputer. Pada hari rabu aku masih ingat betul jadwal pelajarannya,
kebetulan jadwal saat itu menulis bukan praktek. Minggu ini menulis untuk bekal
minggu depan dipraktekkan. Saat menulis aku benar-benar tidak melihat jelas apa
tulisan yang ada di papan. Padahal aku sudah duduk paling depan diantara
teman-teman ku yang selainnya. Saat itu duduknya lesehan. Akhirnya aku sampai
memutuskan untuk berdiri melihat tulisannya. Lalu, apakah yang terjadi saat
itu???
Tiba tiba guru ku muncul dari belakang
papan dan langsung menanyakan perilaku ku yang dianggapnya aneh. “Kamu ngapain
kok berdiri segala ? emang gak keliatan ?” Tanya Bapak Subhan Salim selaku guru
computer kelas 5c pada ku dengan tatapan ingin tau. “hmm iya pak kurang jelas”.
jawab ku dengan gugup dan malu dihadapan teman-teman ku lainnya yang saat itu
diam menyimak pembicaraan ku dengan pak guru.
“Soalnya bapak perhatiin kamu sering maju
maju kalo nulis padahal udah paling depan, dan kalo liat juga matanya kamu
sipit sipitin” Tanya nya semakin jauh ingin tau.
“hmm iyah pak soalnya agak burem nah kalo
matanya saya kecilin jadi lumayan jelas pak. jawab ku mencoba untuk
menjelaskan. “Coba diperiksain khawatir itu gejala minus loh”. saran dari
beliau. Ternyata selama ini beliau diam diam tak hanya sekali seirng
memperhatikan ku. Setelah itu beliau menanyakan apakah orang tua ku sudah
mengetahui gejala ini ? aku bilang belum pak.
\“yaudah segera bilang yang sesungguhnya dan minta ke orang tua
untuk segera memeriksakan mata ke optic terdekat”.
sepulang sekolah aku mencari moment yang pas ketika ibu di warung
dan sedang sepi tidak banyak pembeli. aku bercerita semua kronologis yang
telah terjadi tadi di labkom. Ibu ku cukup sedih mengetahui kondisi mata
anaknya yang sudah tidak bisa menjangkau dari jarak kejauhan.
Dan keesokan harinya atas sepengetahuan ayah
ku, ibu mengajak ku untuk periksa ke optik terdekat. Alhasil setelah periksa
ternyata hipotesa guru ku benar, mata ku tak lagi normal. Saat itu lah aku
pulang dengan rasa sedih yang mendalam karena awal dari sini dan seterusnya aku
tak bisa memandang indahnya dunia dengan jelas sempurna tanpa harus memakai kacamata.
Bisa dibilang ini hanya sebagian kecil bentuk
ujian yang diberikan Allah kepada hambaNya. Dengan maksud, apakah aku sanggup
melewati ini dengan tabah atau malah berniat untuk menyerah. Aku mencoba
memutuskan untuk tetap tegar dengan apa yang sudah terjadi pada diriku.
Menerima keadaan bukan sama dengan pasrah begitu saja. Melainkan mencoba
memandang sebuah ujian dari sudut kacamata yang berbeda, pasti kau akan
menemukan misteri dibalik ujian yang diberikan.
Banyak hikmah yang bisa dipetik, aku menerima
keadaan mata ku ini dengan bersyukur pada sang Maha Adil. Pasti Allah memiliki
rencana yang lebih indah dibalik ini semua. Allah telah menyadarkan ku betapa
pentingnya menjaga asset berharga dari Nya dengan cara terbaik Nya.
Jangan syedih, ambil sisi positifnya. Kan jadi lbh keren dn istimewa pakai kacamata. Karna berbeda dr kebanyakn org hhe
BalasHapushehe iya sekarang udah gak sedih kok kan udah dapet petuah helikopter view.
BalasHapuswkwk helikopter view ? Kayak gmn tuh petuahnya ?
BalasHapus